Internalisasi Nilai Akhlak Dalam Proses Pengembangan Pendidikan Karakter Di Lingkungan Ma Al Islamiyah
Internalisasi Nilai Akhlak Dalam Proses Pengembangan Pendidikan Karakter Di Lingkungan Ma Al Islamiyah
(Kajian Teoritis-Empiris)
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Madrasah adalah suatu lembaga pendidikan yang mempunyai ciri keislaman yang khas berbeda dengan sekolah. Kehidupan di madrasah mempunyai kurikulum yang hampir sama dengan pesantren. Hal ini dengan bisa dilihat dari aspek sejarah madrasah yang tidak lepas adanya pesantren salafiyah diawalnya. Dengan penekanan dalam bidang keagamaan itu menjadikan madrasah senantiasa berbeda dengan sekolah.
Di tengah era globalisasi yang luar biasa seperti sekarang, dimana dunia di kuasai kemajuan tehnologi dan informasi, madrasah berusaha untuk memberikan layanan pendidikan yang selalu kontektual sesuai dengan perkembangan zaman. Nalar pengembangan madrasah yang demikian berusaha khasnya memaknai itu sebagai suatu tantangan dan peluang. Karena sudah menjadi sunatullah ketika manusia berusaha meningkatkan peradabannya.
Madrasah sebagai lembaga pendidikan senantiasa memberikan aplikasi pendidikan dengan pendidikan yang seutuhnya seperti apa yang menjadi idealita dari pendidikan nasional, yaitu pendidikan yang meliputi multi kecerdasan di tumbuhkembangkan sesuai dengan bakat dan potensinya. Dengan demikian keseimbangan dalam proses pendidikan di harapkan bisa menjadikan manusia yang terintegritas.
Dilihat dari aspek potensi siswa dengan metode pengamatan atau observasi, pada umumnya input siswa madrasah mempunyai heteroginitas kemampuan kognisi yang tidak jarang berbanding terbalik antara siswa satu dengan siswa lainnya. Hal ini dilihat dari input siswa dan aktifitas pembelajaran yang bersifat akademik. Sedangkan dilihat dari aspek kehidupan ekonomi keluarga, sebagian siswa madrasah mempunyai ekonomi lemah. Hal ini tentu tidak jarang menjadi pengaruh dalam proses pembelajarannya. Kemudian dari aspek motivasi, siswa madrasah mempunyai motivasi belajar yang rendah terutama madrasah swasta yang dianggap pinggiran.
Seiring dengan kemajuan zaman, tentu ini menjadi pengaruh dalam perkembangan dunia pendidikan dalam semua jenjang. Pendidikan dipaksa untuk menjadi linier dengan fakta zaman yang berubah begitu cepat. Dalam konteks ini tentu pendidikan yang berbasis tehnologi menjadi pilihan utama oleh masyarkat sebagai konsumen pendidikan. Namun, meski sudah banyak program yang bersifat hard skill, problematika out pendidikan belum juga terselesaikan. Sehingga dibutuhkan suatu program soft skill dengan menanamkan pendidikan karakter kepada peserta didik.
Sementara itu madrasah yang dianggap pendidikan berbasis agama yang salafi (kuno) cenderung tidak menjadi pilihan utama. Hal ini tentu akan menjadi problematika madrasah yang cukup mendasar dalam proses dinamika pendidikan nasional. Tentu ini bagi madrasah-madrasah swasta yang dianggap pinggiran tentu menjadi sangat komplek, dimana tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan teori-teori kemajuan pendidikan pada umumnya. Standarisasi madrasah sebagai pendidikan yang mengacu dalam delapan standar yang telah ditetapkan BSNP adalah harga mutlak yang harus dilakukan demi layaknya suatu pendidikan tanpa terkecuali madrasah.
Berdasarkan paparan permasalahan di atas, madrasah harus bisa mensikapi dengan bijaksana dengan mencari solusi yang kontektektual dengan tanpa menghilangkan identitas madrasah sebagai lembaga pendidikan yang peka zaman. Madrasah harus berpikir bagaimana mendidik peserta didik dengan tanpa mendikotomikan kemampuan peserta didiknya. Untuk itu, kami membahas dalam karya tulis ini dengan mengambil judul “Internalisasi Nilai Akhlak Dalam Proses Pengembangan Pendidikan Karakter di Lingkungan MA Al Islamiyah” Karya tulis ini kami dasarkan atas pengalaman pribadi dalam proses pengelolaan lembaga madrasah
- RUMUSAN MASALAH
Dari permasalahan di atas penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
- Apa pengertian nilai akhlak ?
- Apa pengertian pendidikan karakter?
- Siapa subyek dan obyek yang dalam proses Internalisasi nilai akhlak dan pendidikan karakter ?
- Bagaimana Proses internalisasi nilai akhlak dalam proses pengembangan pendidikan karakter di MA Al Islamiyah?
- TUJUAN DAN MANFAAT
- Untuk mengetahui bagaimana internalisasi nilai akhlak
- Untuk mengetahui bagaimana mengembangkan pendidikan karakter
- Untuk mengetahui subyek dan obyek dalam proses internalisasi nilai akhlak dan pendidikan karakter
- Bagi penulis untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti kompetisi kepala madrasah berprestasi
- Bagi lembaga sebagai bahan rujukan dalam proses pengambilan keputusan untuk mengembangkan madrasah
BAB II
PEMBAHASAN
INTERNALISASI NILAI AKHLAK DALAM PROSES PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI LINGKUNGAN MA AL ISLAMIYAH
(Kajian Teoritis-Empiris)
- Pengertian Akhlak
Secara bahasa berasal dari bahasa arab, yaitu khuluk yang artinya watak, tabiat, tingkah laku, kebiasaan dan kepribadian. Sedangkan dalam pengertian Istilah Kata akhlak menurut istilah khususnya dalam islam diartikan sebagai sifat atau perangai seseorang yang telah melekat dan biasanya akan tercermin dari perilaku orang tersebut. Seseorang yang mmeiliki sifat baik biasanya akan memiliki perangai atau akhlak yang baik juga dan sebaliknya seseorang yang memiliki perangai yang tidak baik cenderung memiliki akhlak yang tercela. Kata akhlak disebutkan dalam firman Allah pada ayat berikut ini
إِنَّا أَخْلَصْنَاهُمْ بِخَالِصَةٍ ذِكْرَى الدَّارِ
Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.(QS Shad : 46)
- Arti Penting Nilai Akhlak dalam Kehidupan
Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia tidak bisa hidup seorang diri. Manusia membutuhkan bantuan dan keberadaan orang lain. Bukan hanya dalam memenuhi kebutuhan materinya saja, namun juga kebutuhan non materinya. Seperti kebutuhan seorang manusia pada sosok ke dua orang tua, teman maupun sosok seorang guru.
Kebutuhan ini mendorong terjadinya interaksi antar manusia yang kemudian menjadi titik awal lahirnya sejarah, sejak awal peradaban manusia hingga kita saat ini. Seiring berjalannya sejarah, muncul warisan peradaban berupa kebudayaan. Salah satu bagiannya dikenal sebagai adab dan akhlak, yang mewarnai perjalanan sejarah manusia.
Islam sebagai agama samawi adalah sebuah madrasah yang menghantarkan pemeluknya pada kesempurnaan sebagai manusia. Dimana semua potensi dalam dirinya teraktualkan secara optimal. sehingga semua perbuatannya tidak tertunduk pada hawa nafsu dan syahwatnya. melainkan pada kebijaksanaan akal yang berlandaskan nilai kebenaran dan kebaikan. Yang dengannya manusia mampu menjadi pewaris dan khalifah Allah di muka bumi, yang menjaga dan melestarikan bumi.
Oleh karena itu pendidikan akhlak sangatlah penting bagi perjalanan hidup manusia. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya aku tidak diutus melainkan untuk menyempurnakan akhlak.” Rangkaian panjang estafet risalah kenabian berakhir pada penyempurnaan akhlak, yakni kesempurnaan akhlak adalah perwujudan dari keimanan dan hasil dari ritual ibadah.
Pentingnya pendidikan akhlak dalam kehidupan manusia, bukan hanya dalam kehidupan personal, melainkan juga dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Karena dengan pendidikan akhlak jiwa bersih dari karakter-karakter hewani dan siap menapaki jalan kesempurnaan. Oleh sebab itu Islam juga mengajarkan prinsip akhlak lewat ritual-ritual ibadah seperti zakat, puasa, shalat dan lainnya.
Dengan sistem sosial yang berdasarkan konsep moral dan akhlak yang baik, akan tercipta interaksi sosial yang sehat. Dimana seluruh anggotanya menjadi satu kesatuan masyarakat yang saling membantu dan solid. Darinya akan muncul generasi-generasi cerdas yang manusiawi, yang mampu menjaga kelestarian dunia.
- Pengertian Pendidikan Karakter
Pengertian karakter secara etimologis, kata karakter berasal dari bahasa Latin kharakter atau bahasa Yunani kharassein yang berarti memberi tanda (to mark), atau bahasa Prancis carakter, yang berarti membuat tajam atau membuat dalam. Dalam bahasa Inggris character, memiliki arti: watak, karakter, sifat, dan peran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari pada yang lain.
Secara terminologis, para ahli mendefinisikan karakter dengan redaksi yang berbeda-beda. Endang Sumantri menyatakan, karakter ialah suatu kualitas positif yang dimiliki seseorang sehingga membuatnya menarik dan atraktif; seseorang yang unusual atau memiliki kepribadian eksentrik.” Doni Koesoema memahami karakter sama dengan kepribadian, yaitu ciri atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil.”
Ki Hadjar Dewantara memandang karakter itu sebagai watak atau budi pekerti. Dengan adanya budi pekerti, manusia akan menjadi pribadi yang merdeka sekaligus berkepribadian, dan dapat mengendalikan diri sendiri. Pendidikan dikatakan optimal, jika tabiat luhur lebih menonjol dalam diri anak didik ketimbang tabiat jahat. Manusia berkarakter tersebut sebagai sosok yang beradab, sosok yang menjadi ancangan sejati Pendidikan. Oleh karena itu, keberhasilan Pendidikan yang sejati ialah menghasilkan manusia yang beradab bukan mereka yang cerdas secara kognitif dan psikomotorik tapi miskin karakter atau budi pekerti luhur.
Pendidikan karakter merupakan pendidikan ihwal karakter, atau pendidikan yang mengajarkan hakikat karakter dalam ketiga ranah, yaitu cipta, rasa, dan karsa. Berikut adalah makna pendidikan karakter.
- Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mendukung perkembangan sosial, emosional, dan etis siswa).” Merujuk pada definisi di atas, pendidikan karakter pada prinsipnya adalah upaya untuk menumbuhkan kepekaan dan tanggung jawab sosial, membangun kecerdasan emosional, dan mewujudkan siswa yang memiliki etika tinggi. Sedari kecil, orangtua kita telah melaksanakan pendidikan karakter (yang waktu itu belum dilabelisasi sebagai penanaman karakter) yang menyangkut pendidikan sosial, emosional, dan etika.
- Dirjen Dikti menyatakan, “Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, mewujudkan, dan menebar kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepentih hati.”
Menurut Suyanto, setidaknya terdapat Sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal. Kesembilan karakter tersebut hendaknya menjadi dasar Pendidikan karakter sejak kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age). Kesembilan pilar tersebut sebagai berikut:
- Cinta kepada Allah dan segenap isi-Nya
- Kemandirian dan tanggung jawab
- Kejujuran/amanah
- Hormat dan santun
- Dermawan, suka menolong, dan santun
- Percaya diri, pekerja keras, dan pantang menyerah
- Kepemimpinan dan keadilan
- Baik dan rendah hati
- Toleransi, cinta damai, dan persatuan
D.dPendidikan karakter dalam perspektif Islam
Pembentukan watak atau karakter tentunya harus dimulai dari pribadi/diri sendiri, dalam keluarga terutama orangtua sebagai pendidiknya. Dalam Islam terdapat tiga nilai utama, yaitu akhlak, adab, dan keteladanan. Akhlak merujuk kepada tugas dan tanggung jawab selain syari’ah dan ajaran Islam secara umum. Sedangkan adab merujuk pada sikap yang dihubungkan dengan tingkah laku yang baik. Dan keteladanan merujuk pada kualitas karakter yang ditampilkan oleh seorang muslim yang baik mengikuti keteladanan Nabi Muhammad SAW. Ketiga nilai inilah yang menjadi pilar Pendidikan karakter dalam Islam.
Pendidikan karakter merupakan hal utama dan paling utama yang harus dimiliki setiap individu. Karakter esensial yang dimiliki oleh individu akan membawa implikasi positif bagi terbangunnya karakter Yang lain. Karakter esensial dalam Islam mengacu Pada Sifat Nabi Muhammad Saw. yang meliputi sidik, amanah, fathanah, dan tabligh.
Dari karakter esensial ini, diharapkan terbentuk insan profetik. Insan dengan watak profetik tidak memikirkan dirinya sendiri, tetapi berpikir bagaimana dapat memberikan sebanyak-banyaknya bagi lingkungan (altruistik). Altruistik diartikan sebagai kewajiban yang ditujukan pada kebaikan orang lain. Altruisme pada dasarnya dianjurkan oleh semua agama. Dalam lslam, ada ajaran yang menyatakan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang berguna bagi orang lain.
- Subyek dan Obyek Internalisasi Nilai Akhlak
Pendidikan merupakan salah satu alat untuk dapat membimbing seseorang menjadi orang yang baik terutama pendidikan agama. Dengan pendidikan agama akan membentuk karakter akhlakul karimah bagi siswa sehingga mereka mampu memfilter mana pergaulan yang baik dan mana yang tidak baik. Khususnya terhadap para siswa, pendidikan agama sangat penting sebagai benteng dari hal-hal yang tidak baik. Terlebih saat ini, realitas menunjukkan bahwa anak-anak remaja sudah banyak terlibat dengan prilaku tidak baik, seperti tawuran, prilaku amoral/asusila, narkoba, pornografi dan pornoaksi dan lain-lain
Guru, suatu profesi yang luar biasa mulia, profesi yang sangat berperan dalam peningkatan sumber daya manusia dan kemajuan suatu bangsa. Orang-orang yang sukses di bidangnya masing-masing tidak mungkin bisa meraih keberhasilan jika tanpa ada guru yang mengajar dan mendidiknya. Melalui gurulah seorang anak mulai diperkenalkan pada huruf dan angka dari tidak bisa membaca jadi bisa membaca dari tidak tahu berhitung jadi bisa menjadi berhitung. Guru seorang yang mampu menginspirasi dan memotivasi muridnya, sehingga mampu berbuat sesuatu yang baik dengan kemampuannya sendiri. Di sinilah pentingnya Guru sebagai sumber keteladanan dan kemampuan dalam menumbuhkan motivasi. Dengan demikian peran seorang guru begitu penting dalam mendukung kemajuan suatu bangsa.
Guru sebagai pendidik merupakan gerbang awal dalam membentuk kepribadian siswa. Hal ini mengandung arti bahwa guru memberikan pengaruh yang cukup bermakna bagi terwujudnya manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia. Dalam konteks di atas maka guru sebagai subyek dan obyek internalisasi akhlak, sementara cenderung sebagai obyek
- Internalisasi Nilai Akhlak Dalam Proses Pengembangan Pendidikan Karakter di Lingkungan MA Al Islamiyah
Pengertian dan Tujuan: Internalisasi (internalization) adalah suatu proses memasukkan nilai atau memasukkan sikap ideal yang sebelumnya dianggap berada di luar, agar tergabung dalam pemikiran seseorang dalam pemikiran, keterampilan dan sikap pandang hidup seseorang. Internalisasi dalam pengertian dimaksud, dapat pula diterjemahkan dengan pengumpulan nilai atau pengumpulan sikap tertentu agar terbentuk menjadi kepribadian yang utuh.
Internalisasi pada hakikatnya adalah upaya berbagi pengetahuan (knowledge sharing). Internalisasi dengan demikian, dapat pula diterjemahkan sebagai salah satu metode, prosedur dan teknik dalam siklus manajemen pengetahuan yang digunakan para pendidik untuk memberikan kesempatan kepada anggota suatu kelompok, organisasi, instansi, perusahaan atau anak didik agar berbagi pengetahuan yang mereka miliki kepada anggota lainnya atau kepada orang lain.
Madrasah sebagai lembaga pendidikan berusaha untuk mewujudkan manusia yang seutuhnya. Allah SWT memberi manusia dengan kemampuan multi kecerdasan hendaklah di kelola secara tertuntun dengan mendasarkan diri kepada Akhlak. Kecerdasan manusia ada di bidang akademik dan non akademik. Keduanya di kelola dengan berlandaskan syukur kepada allah SWT. Sedangkan prestasi merupakan bagian ujung dari sikap berakhlak atau bisa dikatakan kalau berakhlak dampaknya berprestasi.
- Aplikasi internalisasi akhlak di lingkungan MA Al Islamiyah
Berdasarkan observasi di lapangan banyaknya siswa, guru, dan tenaga di pendidikan yang berhasil dalam karakaternya tidak bisa terlepas dari internalisasi nilai akhlak dalam kehidupannya. Contoh kecil akhlak tercela (madzmumah) seorang siswa tidak parkir di tempat yang telah ditentukan oleh madrasah atau sengaja parkir di suatu tempat yang ilegal dengan alasan yang tidak jelas, ternyata setelah dilihat karakater lainnya kurang bagus. Hal ini kami amati di lingkungan MA Al Islamiyah Uteran. Hal ini tentu selaras dengan visi madrasah yang selalu mengedepankan Akhlak dalam semua bidang.
Dalam tahapan aplikasi dilapangan, observasi dilakukan kepada peserta didik, dan seluruh sivitas akademik madrasah dengan senantiasa berusaha menanamkan akhlak. Hal ini diawali dari kedatangan kedatangan pagi pada waktu pagi di madrasah. Penegakan disiplin dengan masuk lebih awal ternyata berpengaruh dalam proses memcapai tujuan madrasah. Sikap disiplin dalam satu mengatur waktu ternyata berpengaruh dengan karakter lainnya misalnya ketekunan, integritas dan hasil kerja. Dalam observasi sederhana tersebut akhirnya menjadi salah satu bahan dalam merumuskan visi pendidikan di MA Al Islamiyah
Membiasakan akhlak dari hal-hal terkecil ini juga diikuti oleh Bapak/Ibu guru, tenaga pendidikan dan seluruh sivitas akademik madrasah, contoh akhlak kebiasaan membuang sampah lalai diubah untuk dimasukan sesuai dengan tempatnya. Ini menjadikan kami semakin yakin bahwa merubah sesuatu yang besar itu diawali dari hal-hal terkecil di dalam kehidupan sehari hari. Sehingga dengan menjalankan akhlak-akhlak universal itu diharapkan bisa membawa manfaat bagi perkembangan anak didik di masa depan. Dengan menjadikan akhlak sebagai soft skill diharapkan bisa membantu dalam proses pendidikan karakter sekaligus sebagai sarana pengembangan madrasah.
Berikut kebiasaan-kebiasaan kecil dalam berakhlak baik umtuk Guru, kepala sekolah, tenaga pendidikan
- Membuang sampah pada tempatnya
- Parkir sepeda motor pada tempatnya
- Memakai baju seragam dengan rapi dan bersih
- Bagi siswa yang mukim dipesantren, kebiasaan menata kitab/buku dengan rapi, membersihkan, menata baju, disiplin memenej waktu
- Berkata jujur saat mengatur keuangan pribadi yang sesuai dengan kebutuhan
- Tidak mengambil barang yang bukan miliknya, ghosob atau meminjam tanpa izin
- Sikap datang awal pada waktu masuk madrasah di pagi hari
- Mampu memberi contoh bagi siapapun
Ki Hadjar Dewantara memandang karakter itu sebagai watak atau budi pekerti. Dengan adanya budi pekerti, manusia akan menjadi pribadi yang merdeka sekaligus berkepribadian, dan dapat mengendalikan diri sendiri. Pendidikan dikatakan optimal, jika tabiat luhur lebih menonjol dalam diri anak didik ketimbang tabiat jahat. Manusia berkarakter tersebut sebagai sosok yang beradab, sosok yang menjadi ancangan sejati Pendidikan. Oleh karena itu, keberhasilan Pendidikan yang sejati ialah menghasilkan manusia yang beradab bukan mereka yang cerdas secara kognitif dan psikomotorik tapi miskin karakter atau budi pekerti luhur.
Sudah seharusnya lembaga pendidikan mengedepankan pendidikan akhlak demi mencapai pendidikan karakter. Karena dengan karakter yang berhasil maka tujuan pendidikan di madrasah akan tercapai baik itu untuk guru, murid maupun tenaga kependidikan. Dengan akhlak jujur, tanggungjawab, bersyukur akan menciptakan pribadi yng mempunyai integritas yang ulet dalam melaksanakan tugasnya. Dengan mengedepankan akhlak sabar akan menjadi karakter yang tidak mudah menyerah dan selalu optimis melihat peluang. Dengan akhlak cinta kebersihan maka akan menjadi pribadi yang visi masa depan dan selalu bersemangat dalam mencapai cita-cita. Tentu dengan melihat idealita di atas kita bisa berasumsi bahwa ini bisa dikatakan kalau ruh pengembangan madrasah yang sebenarnya ada dalam internalisasi akhlak.
Asumsi yang mengatakan bahwa kecerdasan anak didik di bidang kognisi menjadi jaminan kesuksesan tidak semuanya benar. Justeru keberhasilan suatu pendidikan itu ditentukan dari nilai nilai karakter yang sudah terbangun dalam lingkungan yang baik. Jangan berasumsi negatif budaya antri, menyapa orang, membantu teman yang membutuhkan, takziyah itu hal yang tidak penting. Ada sebagian orang tua kawatir anaknya tidak bisa pelajaran tertentu dari pada tidk bisa antri atau sekedar mengejek temannya. Sudah banyak kasus di berbagai media tentang kekerasan pendidikan, balapan liar, pergaulan bebas, atau bentuk prilaku-prilaku yang menyimpang lainnya. Kalau kita amati tidak jarang mereka itu anak-anak yang cerdas tapi tidak tertuntun.
b.Dampak penanaman akhlak dalam proses pengembangan pendidikan karakter bagi kemajuan madrasah
Madrasah adalah lembaga pendidikan yang berorientasi kepada pendidikan yang seutuhnya. Oleh karena itu dengan memberikan pengembangan soft skill kepada anak didik diharapkan bisa tercapai apa yang menjadi tujuan pendidikan itu sendiri. Dalam konteks demikian MA Al Islamiyah berusaha memberikan pembelajaran yang terbaik terhadap anak didiknya.
Di bidang pengeloloan anak didik, setiap anak pada dasarnya diberikan kecerdasan oleh Allah SWT baik itu di bidang akademik maupun non akademik. Keragaman kecerdasan itulah yang justru harus di syukuri, karena itu nikmat dari Allah SWT. Pendidikan karakter yang ditanamkan di MA Al Islamiyah mencoba di aplikasikan dalam bentuk tindakan nyata dalam program ekstra kurikuler yang di manajerial lebih baik.
Berikut ini data perolehan prestasi mulai tahun 2011 sampai sekarang :
- Mengirimkan 1 orang peserta aksioma ke tingkat provinsi tahun 2011
- Mengirimkan 3 orang peserta aksioma ke tingkat provinsi tahun 2013
- Mengirimkan 5 orang peserta aksioma ke tingkat provinsi tahun 2015 dengan mendapatkan poin no 2 se kabupaten madiun
- Mengirimkan 13 orang peserta aksioma ke tingkat provinsi tahun 2017 dengan mendapatkan poin no 2 se kabupaten madiun
- Juara umum 2 atletik antar SMA/SMK/MA se Kab madiun
- Menyumbangkan 9 medali ke kec Geger pada waktu PORKAB Madiun
- Di bidang akademik, sejak tahun 2009 senantiasa mewarnai KSM yang masuk 5 besar dalam bidang ilmu agama dan IPS
Dari capaian di atas tentu bisa disampaikan bahwa madrasah sebagai lembaga pendidikan harus bisa mengembangkan potensi apa yang ada didalam lembaga tersebut. Kiranya ini tidaklah mudah, apalagi secara geografis dan tren pendidikan saat ini madrasah lanjutan di kepung oleh lembaga lembaga pendidikan lain yang luar biasa pesatnya.
Di bidang pengeloloan guru dan tenaga pendidikan, sudah bisa dipastikan kalau siswanya banyak yang bisa berprestasi maka secara tidak langsung barometer pendidikan karakter bagi guru sudah terealisasi. Peran keaktifan guru dalam semua bidang program juga bisa dirasakan sehingga job description yang menjadi kesepakatan di lingkungan insan madrasah sudah bisa berjalan. Hal ini juga di dukung dengan operator staf TU, dan tenaga pendidikan lainnya yang bekerja dengan sepenuh hati menjadikan madrasah lebih baik, sehingga akreditasi madrasah menjadi naik dari B menjadi A.
Di bidang pelayanan social, sebagai bagian dari kehidupan social, seluruh sivitas akademik madrasah berusaha membangun kepedulian social, yang diawali dari membantu wali murid yang tertimpa musibah, kematian atau terkait bantuan bagi siswa yang tidak mampu baik di bidang ekonomi atau pemerataan di pengajaran bagi anak yang berkebutuhan khusus.
Beberapa pengembangan pendidikan karakter lain yang diterapkan di madrasah adalah sebagai berikut: Religius, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/ Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, Tanggung jawab.
Dalam pelaksanaan pengembangan pendidikan karakter tidak dapat berdiri sendiri tetapi berintegrasi dengan pendidikan lain terutama dengan keagamaan (akhlak) dengan memasukkan nilai-nilai akhlak ke dalam pendidikan karakter sehingga akan membudaya dalam kehidupan. Pendidikan karakter efektif jika dilakukan dengan pembiasaan nilai moral luhur oleh seluruh insane madrasah dan membiasakan mereka dengan kebiasaan (habit) yang sesuai dengan karakter kebangsaan
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas maka bisa ditarik suatu kesimpulan
- Akhlak mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan, terutama dalam proses mengembangkan pendidikan karakter
- Pendidikan karakter merupakan pendidikan ihwal karakter, atau pendidikan yang mengajarkan hakikat karakter dalam ketiga ranah, yaitu cipta, rasa, dan karsa.
- Pendidikan karakter dalam pelaksanaanya meliputi kerjasama dengan multi aspek, terutama dengan internalisasi akhlak
- Madrasah senantiasa mereformasi, mereview strategi pendidikan sebagai sarana untuk mengembangkannya dan senantiasa berpegang teguh pada tujuan pendidikan seutuhnya
ANUGERAH GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN MADRASAH BERPRESTASI TAHUN 2019
INTERNALISASI NILAI AKHLAK DALAM PROSES PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI LINGKUNGAN MA AL ISLAMIYAH
(Kajian Teoritis-Empiris)
Makalah disampaikan dalam rangka mengikuti
“Anugerah Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Berprestasi”
Tahun 2019
Disusun : Mahrus Ahsani,M.Ag
NIP : –
NUPTK : 1842755659200004
Jabatan : Kepala Madrasah
Nama Madrasah : MA AL ISLAMIYAH
Alamat : JL Sunan Ampel 02 Uteran Geger Madiun
Kab/Kota : Madiun
Provinsi : Jawa Timur
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Koesoema A., Donie, 2007. Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo.
Ayub, Mohammad E., 2007. Managemen Masjid. Jakarta: Gema Insani.
Koesoema A., Donie, 2007. Pendidik Karakter, Jakarta: Grasindo.
Al-Qarashi, Baqir Sharif, 2006. Seni Mengajar Islami. Jakarta: Pustaka Zahra.
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007. Ilmu & Aplikasi Pendidikan. Bandung: IMTIMA.
Kementrian Agama, Panduan Tugas Pokok Subdit Kesiswaan. (Makalah, tidak dipublikasikan
http://www.pendidikankarakter.com/peran-pendidikan-karakter-dalam-melengkapi-kepribadian/
http://www.pendidikankarakter.com/peran-pendidikan-karakter-dalam-melengkapi-kepribadian/